JAKARTA (Reuters) — Organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama, telah meminta ketuanya untuk mengundurkan diri karena mengundang seorang ulama AS yang terkenal karena dukungannya terhadap Israel selama perang Gaza ke acara internal pada bulan Agustus, menurut notulensi pertemuan yang ditinjau oleh Reuters.
Pimpinan NU, yang juga merupakan organisasi Islam terbesar di dunia dengan sekitar 100 juta anggota dan afiliasinya, telah memberikan waktu tiga hari kepada Ketua Yahya Cholil Staquf untuk menawarkan pengunduran dirinya atau dicopot dari jabatannya, menurut risalah rapat pada hari Kamis.
NU menyebut undangan Staquf kepada seseorang yang “berafiliasi dengan jaringan Zionisme Internasional” untuk menghadiri acara internal dan dugaan kesalahan pengelolaan keuangan sebagai alasan pemecatannya.
Staquf, yang menjadi Ketua NU sejak 2021, tidak menanggapi permintaan komentar dari Reuters.
Pada hari Minggu, Staquf mengatakan dia ditunjuk untuk masa jabatan lima tahun dan tidak akan mengundurkan diri, menambahkan bahwa para pemimpin yang mengadakan pertemuan tersebut tidak memiliki wewenang untuk memecatnya, menurut laporan media lokal.
Wakil Sekretaris Jenderal NU Najib Azca mengatakan kepada Reuters bahwa keputusan tersebut terkait dengan undangan Staquf kepada mantan pejabat dan cendekiawan AS Peter Berkowitz untuk menghadiri acara pelatihan pada bulan Agustus.
Staquf telah meminta maaf atas undangan tersebut dan menyebutnya sebagai kelalaian karena dia tidak memeriksa dengan cermat latar belakang Berkowitz, dan menambahkan bahwa dia mengutuk “tindakan genosida brutal Israel di Gaza.”
Berkowitz sering menulis untuk mendukung kampanye Israel di Gaza, menurut situsnya, termasuk artikel pada bulan September yang bertujuan untuk membantah tuduhan genosida terhadap Israel.
Berkowitz berbicara di seminar NU tentang sejarah pemikiran politik Barat pada bulan Agustus, situs webnya menunjukkan.
Berkowitz tidak segera menanggapi email yang meminta komentar yang diterimanya di luar jam kantor.
Indonesia, negara mayoritas Muslim di dunia, secara rutin mengutuk tindakan Israel di wilayah kantong Palestina di Gaza sejak perang pecah pada tahun 2023. Indonesia telah lama menganjurkan solusi dua negara dan tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.


